Minggu, 01 Juni 2014

Pendekatan dan Metode Pembelajaran




MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN
Diajukan sebagai tugas mata kuliah

Disusun Oleh :
1.      Serifah Dini Fitria              (201205010089)
2.      Nurul Qomariyah               (201205010088)
3.      Ummatul Khoiro                (201205010085)
4.      Ayu Chabibah                    (201205010086)
5.      Sofkhal Jamilah                 (201205010090)
6.      M. Attouzzamzami             (201205010091)
7.      Nurul Rohmatun U.           (201205010118)

Dosen Pembimbing : Masfufah, M.Pd.I

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2014

 

KATA PENGANTAR

P
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN tentang “Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan metode pembelajaran itu sebenarnya.

Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah STRATEGI PEMBELAJARAN di FAI UNSURI SURABAYA. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Sidoarjo, April 2014


Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                             ii
Daftar Isi                                                                                                        iii

BAB 1 - PENDAHULUAN                                                                         4
A.          Latar Belakang                                                                        4
B.           Rumusan Masalah                                                                   4
C.           Tujuan                                                                                     4

BAB 2 – PEMBAHASAN                                                                            5
A.    Pengertian Metode Pembelajaran                                           5
B.     Macam – Macam Metode Pembelajaran                                 5
C.     Pengertian Pendekatan Pembelajaran                                     14
D.    Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran                           14



BAB 3 – PENUTUP                                                                                      19       
A.          Kesimpulan                                                                             19
                       
Daftar Pustaka                                                                                                            20



BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Maka dari itulah kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan sedikit tentang Pendekatan & Metode Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran?
2.      Apa saja jenis – jenis Metode Pembelajaran?
3.      Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Metode Pembelajaran
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis metode pembelajaran
3.      Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran



BAB 2
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. [1]
Cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (kognitif, psikomotor, efektif). Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi, dan faktor guru itu sendiri.
Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. [2]

B.   Macam – Macam Metode Pembelajaran
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[3]
Peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif, sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan oleh guru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan metode ceramah bergantung sebagian besar padanya.
Metode ini dipergunakan :
·         Bila akan menyampaikan sesuatu kepada orang banyak.
·         Bila guru seorang pembicara yang baik dan berwibawa hendaklah merangsang anak didik untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
·         Bila tidak ada metode – metode yang lain yang mungkin dipergunakan, dan materi yang akan disampaikan cukup banyak.
·         Bila bahan yang akan disampaikan merupakan instruksi.[4]
Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini :
1)      Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan – peralatan yang lengkap. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2)      Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok – pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3)      Ceramah dapat memberikan pokok – pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok – pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4)      Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
5)      Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan – persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.[5]
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1)      Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2)      Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya.
3)      Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran, pikirannya melayang kemana – mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
4)      Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.[6]

2.      Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. [7]
Metode ini dipergunakan :
·         Apabila siswa menunjukkan keterampilan tertentu.
·         Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas.
·         Untuk menghindari verbalisme.
·         Untuk membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab akan menarik.[8]
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :
1)      Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2)      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3)      Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1)      Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2)      Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan – bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan ceramah.
3)      Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.[9]

3.      Metode Diskusi
Diskusi adalah kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil keputusan. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan.[10]
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok – kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.[11]
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama – sama.[12]
Metode diskusi dilakukan :
·         Bila ada soal – soal sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada siswa.
·         Untuk mencari keputusan suatu masalah.
·         Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
·         Untuk membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap toleran. [13]
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1)      Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide – ide.
2)      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3)      Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1)      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2)      Kadang – kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3)      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang – kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4)      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang – kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.[14]
Jenis – jenis Diskusi :
1)      Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah : pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2)      Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok – kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi – bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3)      Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4)      Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.[15]

4.      Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
Metode pemberian tugas belajar resitasi sering disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode dimana siswa diberi tugas di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat diperpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Metode resitasi dilakukan :
·         Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang diterima siswa lebih mantap.
·         Untuk mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal – soal sendiri, mencoba sendiri.
·         Agar siswa – siswi lebih rajin.
Kelebihan metode resitasi :
1)      Baik sekali untuk mengisi waktu luang yang konstruktif.
2)      Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan sebab dalam metode ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan.
3)      Membisakan siswa giat belajar.
4)      Memberikan tugas siswa yang bersifat praktis umpamanya membuat laporan tentang peribadatan di daerah masing – masing, kehidupan sosial dan sebagainya.
Selain memiliki kelebihan, resitasi juga memiliki kekurangan, diantaranya :
1)      Sering kali tugas dirumah itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak tahu menahu pekerjaan tersebut.
2)      Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual siswa dalam kemampuan dan minat belajar.
3)      Sering kali siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin hasil pekerjaan temannya.
4)      Apabila tugas itu selalu banyak atau terlalu berat, akan menganggu keseimbangan mental siswa.[16]



5.      Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid – murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.[17]
Dalam proses belajar – mengajar, bertanya memengang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan :
a)      Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar – mengajar.
b)      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan.
c)      Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya.
d)     Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e)      Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.[18]
Metode Tanya – Jawab dilakukan :
·         Sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan.
·         Sebagai selingan dalam pembicaraan.
·         Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
·         Untuk mengarahkan proses berpikir.
Metode Tanya – Jawab memiliki kelebihan, antara lain :
1)      Kelas akan hidup karena anak didik aktif berpikir dan menyampaikan pikiran melalui berbicara.
2)      Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengembangkan pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3)      Timbulnya perbedaan pendapat di antara anak didik, atau guru dengan anak didik, akan membawa kelas ke dalam suasana diskusi.
Selain memiliki kelebihan, metode tanya – jawab juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah :
1)      Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.
2)      Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila terdapat jawaban – jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, tetapi bukan sasarannya yang dituju.
3)      Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang menguasai teknik pemakaian metode ini.[19]

C.   Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.[20]

D.   Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. [21]
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari – hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan keterampilan sosial (Dirjen Dikmenum, 2002:6). [22]
2.      Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)  kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerena belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.[23]
3.      Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005).
4.      Pendekatan Induktif
Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.[24]
5.      Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
6.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.[25]
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya[26]
7.      Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah prosesproses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah  ilmiah.[27]







BAB 3
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Ada beberapa macam metode, diantaranya :
·         Metode Ceramah
·         Metode Demonstrasi
·         Metode Diskusi
·         Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
·         Metode Tanya – Jawab
Metode – metode diatas memiliki kelebihan dan kelemahan masing – masing.
Disamping itu juga ada pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.




DAFTAR PUSTAKA


Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013)

Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005)

Hasibun, J.J. dkk.  “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung : Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986)



[1] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 147
[2] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 52
[3] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 147
[4] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 53-54
[5] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 148
[6] Ibid., hlm. 148-149
[7] Ibid., hlm. 152
[8] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 62
[9] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 152-153
[10] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 57
[11] Hasibun, J.J. dkk.  “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung : Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986) hlm. 20
[12] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 154
[13] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 58-59
[14] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 156
[15] Ibid., hlm. 157-158
[16] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 61-62
[17] Ibid., hlm. 56
[18] Hasibun, J.J. dkk.  “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung : Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986) hlm. 14
[19] Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 56-57
[20] Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 127
 



0 komentar:

Posting Komentar