MAKALAH PSIKOLOGI UMUM
MOTIVASI, KEPRIBADIAN, SIKAP DAN
PRASANGKA, SERTA EMOSI
Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Disusun Oleh :
1.
Serifah
Dini Fitria (PAI
Pagi/Kel. 10)
2.
Nurul
Rohmatun Umroh (PAI Pagi/Kel. 10)
3.
Moch.
Khamza Salam (PAI Pagi/Kel. 10)
4.
Fajar
Ikhwan M. (PAI
Pagi/Kel. 10)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
P
|
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya MAKALAH PSIKOLOGI UMUM tentang Motivasi, Kepribadian, Sikap dan
Prasangka serta Emosi. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat mengenal diri
sendiri secara lebih baik, karena kita mengendalikan pikiran dan perilaku sebagian
besar sampai batas memahami diri sendiri – sebatas menyadari siapa kita.
Penulisan makalah ini adalah salah satu
tugas mata pelajaran PSIKOLOGI UMUM di FAI UNSURI SIDOARJO. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan
banyak terima kasih untuk pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah
memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Sidoarjo, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB 1 - PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 1
C.
Tujuan 1
BAB 2 – PEMBAHASAN 2
A.
Motif dan Motivasi 2
B.
Kepribadian 7
C.
Sikap dan Prasangka 14
D.
Emosi 17
BAB 3 – PENUTUP 18
A.
Kesimpulan 18
B.
Kesan 19
Daftar Pustaka 20
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Psikologi yang dalam
istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris,
Psychology. Kata psychology merupakan dua akar yang bersumber dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu psyche yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.
Pada makalah ini akan
membahas bagian dari psikologi yaitu Motif & Motivasi, Kepribadian, Sikap
dan Prasangka serta Emosi untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa itu
Motif dan Motivasi?
2. Apa
definisi Kepribadian?
3. Bagaimana
pembentukan Sikap dan Prasangka?
4.
Apa itu Emosi?
C.
Tujuan
1) Menjelaskan
arti motif, motivasi, kepribadian, sikap dan prasangka, serta emosi
2) Menjelaskan
hubungan antara motif dan motivasi
3)
Menjelaskan tentang teori-teori yang terkait
2
PEMBAHASAN
BAB
I – MOTIVASI
A.
Motif
dan Motivasi
Secara
etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang berarti
“gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”, yang menunjuk pada gerakan manusia
sebagai “tingkah laku”. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit
tenaga bagi terjadinya tingkah laku itu.
Dalam
motif pada umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan. Proses
interaksi timbal balik antara kadua unsur ini terjadi dalam tubuh manusia,
walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena itu,
bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat.
Sedangkan
menurut Dister, sstiap tingkah laku manusia adalah hasil dari hubungan timbal
balik antara tiga faktor, yaitu:
1. Dorongan spontan manusia, yaitu
dorongan yang tidak ditimbulkan dengan sengaja. Seperti dorongan seksual, nafsu
makan dan kebutuhan akan tidur.
2. Ke-aku-an manusia, dimana manusia
menyetujui dorongan spontan tadi untuk menjadi miliknya, sehingga kemudian
menjadi sebuah “kejadian”. Misalnya dengan menunda makan, walaupun ia merasa
lapar.
3. Lingkungan hidup manusia.
B.
Lingkaran Motivasi (Motivational Cycle)
Tingkah
laku bermotivasi dapat dirumuskan sebagai: “tingkah laku yang dilatarbelakangi
oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan agar suatu
kebutuhan dapat terpenuhi”. Rumusan tersebut mengandung beberapa unsur yang
membentuk “motivational cycle”.
1.
Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan suatu yang fundamental bagi kodrat manusia individual. Motif
disamping merupakan dorongan fisik, juga orientasi kognitif elementer yang
diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Energi seperti ini bukan tanpa tatanan. Ada
suatu hubungan dunamis antara motivasi dan tujuan.
2. Teori - teori Kebutuhan
a.
Hierarki
Kebutuhan Maslow
Kebutuhan pada manusia sebagai motivator membentuk suatu
hierarki yang terdiri atas physiological needs, safety needs, belongingness and
love needs, esteem needs, dan self actualization needs.
Menurut Maslow, kebutuhan dasar harus lebih dahulu terpenuhi
sebelum bweranjak pada kebutuhan psikologis.
b.
Teori
ERG
ERG
(Existence, Relatedness, Growth) sebagaimana diungkap Aldefder, merupakan
penghalusan dari system kebutuhan Maslow, dengan hanya tiga katagori kebutuhan.
Meskipun unrutan kebutuhan serupa, namun ide hierarki tidak dimasukkan, dan
meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut dapat terus berlangsung
sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.
c.
Teori
Motivasi Dua Faktor
Dengan
menggunakan teknik insiden kritis, Frederick Herzberg menganalisa sata tentang
kepuasan dan ketidakpuasan orang dalam pekerjaan mereka, dan menghasilkan dua
kumpulan factor. (1) Factor-faktor yang cenderung dapat memotivasi kerja
disebut motivator, meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. (2) factor-faktor
yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut factor hygiene, meliputi gaji,
pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, kebijakan organisasi, dan hubungan
kerja.
Faktor
Hygiene
|
Motivator
|
Gaji
|
Prestasi
|
Pengawasan
|
Penghargaan
|
Keamanan
kerja
|
Tanggung
jawab
|
Kondisi
kerja
|
Promosi
|
Kebijakan
organisasi
|
Pekerjaan
itu sendiri
|
Hubungan
kerja
|
Potensi
bagi pertumbuhan pribadi
|
Menurut
Herzberg untuk memotivasi seorang pegawai, sebagai langkah awal, seorang
Menajer pertama-tama harus memenuhi, atau sekurang-kurangnya memelihara
kebutuhan dasar. Setelah hal itu terpenuhi, kebutuhan motivasi menjadi
priorotas.
Ada
banyak kemiripan dalam katagori kebutuhan Maslow, Alderfer, dan Herzberg.
Dengan menggunakan istilah-istilah serupa, setiap system menggambarkan
aktualisasi diri, pertumbuhan, dan motivator. Sedangkan Faktor Hygiene
cenderung memuaskan kebutuhan aksistensi.
d.
Teori Desakan Kebutuhan Murray
Teori
ini juga disebut dengan Teori Kebutuhan Manifestasi. Murray yakin bahwa orang
dapat dikelompokkan menurut kekuatan barbagai kebutuhan yang berbeda-beda yang
dapat mempengaruhi prilaku seseoarang terdiri atas dua komponen :
1)
Komponen
kualitatif, sebagai arah sasaran kebutuhan
2)
Komponen
kuantitatif, sebagai energi kebutuhan untuk mencapai sasaran
e.
Teori
Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland
Konsep
Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) disingkat dengan sebuah
symbol yang kemudian menjadi sangat terkenal: n-Ach. Menurut McClelland, orang
yang memiliki n-Ach yang tinggi mempunyai kepuasan bukan karena imbalan materi
tetapi karena berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
f.
Teori Harapan Vroom
Teori
ini berdasarkan pilihan-pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan
dengan tiga asumsi :
1)
Harapan
sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil
tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut
2)
Setiap
hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu.
3)
Setiap
hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa berat mencapai hasil
tersebut.
3.
Tingkah Laku
Unsur
kedua dari lingkaran motivasi ini dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang
sebenarnya sebagai serentetan kegiatan yang kadang dilakukan secara bersamaan.
4.
Tujuan
Tujuan
adalah unsure yang ketiga dari lingkaran motivasi, yang berfungsi untuk
memotovasi tingkah laku. Tujuan tingkah laku acap kali tidak hanya satu, selain
tujuan primer, ada pula tujuan sekunder. Tujuan juga dapat berupa sesuatu yang
konkrit atau yang abstrak.
C.
Klasifikasi Motif
Banyak
sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya. Klasifikasi
yang banyak dikenal antara lain :
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif
Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic
seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung
dalam tubuh manusia.
2.
Motif
Instrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif
Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan Motif Ekstrinsik ditimbulkan
dari luar.
3.
Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif
Tunggal dan Motif Bergabung adalah klasifikasi motif berdasarkan banyaknya.
4.
Motif
Mendekat dan Motif Menjauh
Motif
Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif berdasarkan pada reaksi
organisme terhadap rangsangan yang datang.
5.
Motif
Sadar dan Motif Tak Sadar
Motif
Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf kesadaran manusia pada motif
yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
6.
Motif
Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis
Didasarkan
pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan
organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari
lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia
dengan Tuhan.
BAB
II – KEPRIBADIAN
A.
Definisi Kepribadian
Kata
“kepribadian “ (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona. Persona
berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang dipergunakan
juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100 sebelum Masehi.
Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing
sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun, kata persona (personality)
berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran social tertentu yang
diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu itu
diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang
diterimanya.
Kepribadian memiliki beberapa unsur,
yakni sebagai berikut :
1.
Kepribadian
itu merupakan organisasi yang dinamis. Dengan kata lain, ia tidak statis,
tetapi senantiasa berubah setiap saat.
2.
Organisasi
tersebut terdapat dalam diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada
diluar diri individu
3.
Organisasi
itu berdiri atas sistem psikis, yang menurut Allport meliputi, sifat dan bakat,
serta sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
4.
Organisasi
itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap
lingkungannya.
B.
Teori – teori Kepribadian
1. Teori kepribadian psikoanalis
Freud membangun model kepribadian
yang saling berhubungan dan menimbulkan konflik satu sama lain. Konflik dasar
dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.
Energi dasar ini menjadi kebutuhan individu yang
menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego yang saling
bekerja sama dalam mempengaruhi
perilaku manusia.
2.
Teori-teori
sifat (Trait Theories)
Yang
dimaksud dengan teori-teori sifat (trait theories) pada dasarnya meliputi “psikologi
individu” Gordon Williard Allport, “psikologi konstitusi” Wlliam Sheldon, dan
“teori faktor” Raymond Cattell (Hall & Lindzey, 1993:9), Teori-teori sifat
ini juga dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek
kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk
bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan
manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
3. Teori
kepribadian behaviorisme
Menurut Skinner, individu
adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui
belajar. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan
untuk mengontrol perilaku.
4. Teori
psikologi kognitif
Menurut para ahli, teori
psikologi kognitif berawal dari pandangan psikologiGestalt Christian von
Ehrenfels di Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II. Mereka berpendapat
bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar mengandalkan
diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari
penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi
makna, selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.
C.
Proses Perkembangan Kepribadian
Pada hakikatnya,
kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek perkembangan,seperti
perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihipenjumlahan
semua aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan satukesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan
adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Ini disebut
integrasi. Pembentukan pola kepribadian initerjadi melalui proses interaksi
dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh-pengaruh darilingkungan luar.
D.
Tipe
– Tipe Kepribadian
Hippocrates
dan Gelenus (400 SM dan 175 M) mengemukakan bahwa manusia dibagi menjadi empat
golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya, yaitu :
1)
Melancholikus
(melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selalu
menaruh rasa curiga.
2)
Sangunicus
(sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe
ini selalu menunjukkan wajah yang berseri-seri, periang atauselalu gembira, dan
bersikap optimis.
3)
Flegmaticus
(flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya
lembam dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang,
pendiriannya tidak mudah berubah.
4)
Cholericus
(kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh besar
dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,sifatnya garang dan
agresif.
E.
Pengukuran
– Pengukuran Kepribadian
Sifat
kepribadian biasanya diukur melalui angka rata-rata pelaporan diri
(self-report) kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran
kepribadian seutuhnya (personality inventory). Ada beberapa macam cara untuk
mengukur atau menyelidi kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya
:
1)
Observasi
Direk
Observasi direk memilih situasi
tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indikator ciri-ciri yang
hendak diteliti. Observasi direk diadakan dalam situasi yang dikontrol, atau
dapat dibuat replikasinya. Ada tiga tipemetode dalam observasi direk, yaitu (a)
tipe sampling, (b) incident sampling, (c) metode buku harian terkontrol
2) Wawancara
(Interview)
Menilai
kepribadian dengan wawancara berarti mengadakan tatap muka danberbicara dari
hati ke hati dengan orang yang dinilai.Ada dua jenis wawancara (Muhadjir,
1992), yaitu (a) stress interview (untuk mengetahui sejauh mana seseorang
dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu
emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali
menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan),(b) exhaustive
interview (cara interview yang berlangsung lama dan diselenggarakan
nonstop
3) Tes
Proyeksi
Tes
proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama
aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau
tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai
alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun.
4) Inventori
Kepribadian
Inventori
kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara
terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang samauntuk setiap orang, dan
jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yangmudah dinilai, seringkali dengan
bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian
mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat
kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan.
F.
Kepribadian
yang sehat
Pada dasarnya, pembentukan dan pertumbuhan kepribadian
yang sehat dan matang dipengaruhi oleh motivasi,
propium, dan otonomi fungsional. Motivasi merupakan kekuatan-kekuatan yang
mendorong dan menarik, atau suatu cara pengaturan perbuatan manusia.
1.
Tanda-tanda
kepribadian yang sehat
· Kepercayaan mendalam pada diri
sendiri dan orang lain.
· Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetapi
berani.
· Inisiatif berkembang dan tidak
selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa.
· Tidak merasa minder, tetapi
mempunyai semangat kerja.
· Bersikap jujur terhadap diri
sendiri.
· Mampu berdedikasi
· Penyelidikan diri sendiri.
· Senang kontak
(berhubungan) dengan sesama.
· Generatifitas (kebapak-ibuan).
· Integritas, yakni : (1) mempunyai
kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak disangkal, dan dengan gairah
memandang masa depan; (2) kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup
yang nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis, penghianat; (3) berani
memimpin / bertanggung jawab, berani menanggung resiko, mempunyai jiwa
kepemimpinan, hidup dianggapnya sebagai tantangan.
2.
Tanda-tanda kepribadian yang kurang sehat
· Tak mampu malakukan persahabatan,
mengisolasikan diri.
· Daya konsentrasi buyar, ketekunan
dalam pekerjaan hancur, terlalu banyak melamun.
· Penyangkalan
terhadap nama, asal usul, suku bangsa, masa lampau, dan sebagainya.
· Tak mampu memperjuangkan diri,
bahkan kadang-kadang timbul keinginan mengakhiri hidup, bertalian dengan
kebosanan hidup.
· Sifat ingin membalas dendam,
bereaksi terlalu radikal terhadap orang lainmaupun dirinya sendiri, tidak
mengakui dan tidak menerima masa lampaunya,lalu mau mengubah diri secara sangat
radikal (identitas negatif).
G.
Kepribadian Abnormal
1)
Definisi
perilaku abnormal
Orang yang
tingkah lakunya sangat berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat disebut “abnormal”.
Karena itu, satu kriteria terkenal untuk mendefinisikan perilaku abnormal adalah
pelanggaran norma soaial (Calhoun& Accella, 1990; Atkinson dkk, tt;
Supratiknya, 1995; Soedjono, 1983), disamping penyimpangan norma-norma
statistik, ketidaksenangan pribadi, perilaku maladaptif, gejala “salah suai”,
tekanan batin, dan ketidakmatangan.
2)
Bentuk
– Bentuk Kepribadian Abnormal
a. Neurosis
Menurut
kacamata behavioristik inti neurosis adalah gaya hidup maladaptif, berupa
tingkah laku yang bersifat defensif dengan tujuan menghindari atau mengurangi
rasa cemas.
b.
Gangguan psikosis
Gangguan psikosis merupakan suatu
gejala terjadinya ”denial of major aspects of reality”.
c.
Bunuh
diri
Pada umumnya, kasus bunuh diri
dilakukan karena stres yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain
(Supratiknya, 1995) :depresi, krisis dalam hubungan interpersonal, kegagalan
dan devaluasi diri, konflik batin, kehilangan makna dan harapan hidup.
BAB III – SIKAP DAN PRASANGKA
A.
Sikap
Sikap adalah keadaan
diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam
kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan
untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
v Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
A. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
B. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005)
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten
yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.
C. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
D. Media massa. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup
kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan
dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
E. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi
pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
F. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap
ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh
faktor emosional adalah prasangka.
B.
Prasangka
Prasangka
sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial
ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation.
Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang
diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain
termasuk di dalamnya para anggotanya.
Beberapa
ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :
1. Feldman (1985)
Prasangka
sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.
2. Mar’at (1981)
Prasangka
sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi
dugaan itu lebih bersifat negative.
3. Kimball Young
Prasangka
adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh
kuatnya ingroup dan outgroup.
4. Sherif and Sherif
Prasangka
sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari
norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari
pendapat-pendapat para ahli tersebut mempunyai kecenderungan bahwa prasangka
sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau
kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
Prasangka
sosial berhubungan dengan deskriminasi karena definisi prasangka sosial sendiri
cenderung mengarah ke hal negatif dalam suatu kelompok. Menurut Sears,dkk
(1991) bahwa deskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang
berdasarkan (atau setidaknya dipengaruhi oleh) keanggotaan kelompoknya. Deskriminasi
dapat diwujudkan dalam bentuk perlakuan yang berbeda yang didasarkan pada
kelompok. Dapat juga dilakukan dengan perilaku menyerang atau menyakiti anggota
kelompok lain.
BAB IV – EMOSI
A.
Hakekat
Emosi
Darimana emosi itu muncul? Apakah dari pikiran atau dari
tubuh? Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi, dari bangun tidur pagi
sampai malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan
berbagai emosi pula.
Lantas apa yang dimaksud dengan emosi? Menurut William James
(dalam Wedge, 1995), menurut beliau mendefinisikan emosi adalah kecenderungan
untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya. Crow dan Crow (1962), dia mengartikan emosi sebagai suatu kedaan
yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment
(penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahtraan dan
keselamatan individu.
Memang semua orang memiliki jenis perasaan yang serupa,
namun intensipnya berbeda-beda, emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan
yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menajdi modal untuk meraih
kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Semua itu tergantung pada emosi yang kita
pilih dalam reaksi kita terhadap orang lain, kejadian-kejadian, dan situasi
disekitar kita.
Disisi lain juga emosi itu kebanyakan cenderung untuk
melakukan sesuatu hal yang jelek, dan jarang ada emosi yang bertujuan untuk hal
yang baik.
B.
Macam
– macam Emosi
Atas dasar
aktivitasnya tingkah laku emosinal dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : (1)
marah, orang bergerak menentang sumber frustasi, (2) takut, orang bergerak
meninggalkan sumber frustasi, (3) cinta,
orang bergerak menuju sumber kesenangan, (4) defresi, orang
menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya
sendiri.
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
o
Secara
etimologi, motif dalam bahasa inggris motive, berasal dari motion, yang berarti
“gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”, yang menunjuk pada gerakan manusia
sebagai “tingkah laku”. Dalam psikologi motif berarti rangsangan pembangkit
tenaga bagi terjadinya tingkah laku itu.
o
Kata
“kepribadian “ (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin persona. Persona
berarti topeng (mask) yng dipakai didalam sandiwara/drama Yunani, yang dipergunakan
juga oleh pemain-pemain drama bangsa Romawi kurang dari 100 sebelum Masehi.
Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing
sesuai dengan topeng yang dikenakannya.
o
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
o
Prasangka
sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial
ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation.
Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang
diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain
termasuk di dalamnya para anggotanya.
o
Emosi
sebagai suatu kedaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahtraan dan keselamatan individu.
B.
Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Pemakalah menyadari bahwa dalampenulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu pemakalah membukadiri atas
kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu,2005. “Psikologi
Perkembangan”. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sobur,
Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung
: Pustaka Setia
0 komentar:
Posting Komentar