MAKALAH STRATEGI
PEMBELAJARAN
PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN
Diajukan
sebagai tugas mata kuliah
Disusun Oleh :
1.
Serifah Dini Fitria (201205010089)
2.
Nurul Qomariyah (201205010088)
3.
Ummatul Khoiro (201205010085)
4.
Ayu Chabibah (201205010086)
5.
Sofkhal Jamilah (201205010090)
6.
M.
Attouzzamzami (201205010091)
7.
Nurul Rohmatun
U. (201205010118)
Dosen
Pembimbing : Masfufah, M.Pd.I
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
SUNAN GIRI SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
P
|
uji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN tentang “Pendekatan dan Metode Pembelajaran.” Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan metode pembelajaran
itu sebenarnya.
Penulisan
makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah STRATEGI PEMBELAJARAN di FAI UNSURI SURABAYA. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk
pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Sidoarjo, April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 - PENDAHULUAN 4
A.
Latar
Belakang 4
B.
Rumusan
Masalah 4
C.
Tujuan 4
BAB 2 – PEMBAHASAN 5
A.
Pengertian Metode Pembelajaran 5
B.
Macam – Macam Metode Pembelajaran 5
C.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran 14
D.
Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran 14
BAB 3 – PENUTUP 19
A.
Kesimpulan 19
Daftar Pustaka 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak
anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari – hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Maka dari itulah kami menyusun makalah ini untuk
memberi penjelasan sedikit tentang Pendekatan & Metode Pembelajaran. Selain
itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Metode
Pembelajaran?
2.
Apa saja jenis – jenis Metode
Pembelajaran?
3.
Apa yang dimaksud dengan
Pendekatan Pembelajaran?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
Metode Pembelajaran
2.
Untuk mengetahui jenis – jenis
metode pembelajaran
3.
Untuk mengetahui pendekatan
pembelajaran
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. [1]
Cara atau metode mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan
siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (kognitif,
psikomotor, efektif). Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu
metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi, dan faktor
guru itu sendiri.
Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat
berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling
sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. [2]
B. Macam – Macam Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara
menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa.[3]
Peranan guru dan murid berbeda secara jelas,
yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif, sedangkan
murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang
pokok persoalan yang diterangkan oleh guru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
metode ceramah bergantung sebagian besar padanya.
Metode ini dipergunakan :
·
Bila akan menyampaikan sesuatu kepada orang
banyak.
·
Bila guru seorang pembicara yang baik dan
berwibawa hendaklah merangsang anak didik untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
·
Bila tidak ada metode – metode yang lain yang
mungkin dipergunakan, dan materi yang akan disampaikan cukup banyak.
·
Bila bahan yang akan disampaikan merupakan
instruksi.[4]
Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah
sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini :
1) Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan. Murah
dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan – peralatan
yang lengkap. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru,
dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok – pokoknya oleh
guru dalam waktu yang singkat.
3) Ceramah dapat memberikan pokok – pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Artinya, guru dapat mengatur pokok – pokok materi yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak
memerlukan persiapan – persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat
duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.[5]
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah
juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan,
sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang
dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan oleh
proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya
mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya.
Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama,
termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya.
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering
dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik
siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti
jalannya proses pembelajaran, pikirannya melayang kemana – mana, atau siswa
mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu
tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.[6]
2. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian
pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar
memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret. [7]
Metode ini dipergunakan :
·
Apabila siswa menunjukkan keterampilan tertentu.
·
Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab
penggunaan bahasa dapat lebih terbatas.
·
Untuk menghindari verbalisme.
·
Untuk membantu siswa memahami dengan jelas
jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab akan menarik.[8]
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, metode
demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode
ini tidak efektif lagi.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan – bahan, dan tempat yang memadai
yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu
demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.[9]
3. Metode Diskusi
Diskusi adalah kegiatan kelompok dalam
memecahkan masalah untuk mengambil keputusan. Diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil
suatu kesimpulan.[10]
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok –
kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas
suatu masalah.[11]
Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat keputusan (Killen, 1998). Karena itu,
diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama
– sama.[12]
Metode diskusi dilakukan :
·
Bila ada soal – soal sebaiknya pemecahannya
diserahkan kepada siswa.
·
Untuk mencari keputusan suatu masalah.
·
Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik
dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
·
Untuk membiasakan anak didik suka mendengar
pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan
bersikap toleran. [13]
Ada beberapa kelebihan metode diskusi,
manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide – ide.
2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara
verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai
pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa
yang memiliki keterampilan berbicara.
2) Kadang – kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang – kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang – kadang ada pihak yang merasa
tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.[14]
Jenis – jenis Diskusi :
1) Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi
kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota
kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah : pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi,
misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua,
sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan
masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi
kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat,
sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan
hasil diskusi.
2) Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
membagi siswa dalam kelompok – kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi – bagi ke dalam submasalah yang harus
dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3) Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan
membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.
Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
4) Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah
yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang
di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya
sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu,
agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam
diskusi.[15]
4. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
Metode pemberian tugas belajar resitasi sering
disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode dimana siswa diberi tugas di luar
jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya
tidak hanya di rumah, tetapi dapat diperpustakaan, di laboratorium, di kebun
percobaan, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Metode resitasi dilakukan :
·
Apabila guru mengharapkan agar semua
pengetahuan yang diterima siswa lebih mantap.
·
Untuk mengaktifkan siswa mempelajari sendiri
suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal – soal sendiri, mencoba
sendiri.
·
Agar siswa – siswi lebih rajin.
Kelebihan metode resitasi :
1) Baik sekali untuk mengisi waktu luang yang konstruktif.
2) Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan sebab dalam metode
ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan.
3) Membisakan siswa giat belajar.
4) Memberikan tugas siswa yang bersifat praktis umpamanya membuat laporan
tentang peribadatan di daerah masing – masing, kehidupan sosial dan sebagainya.
Selain memiliki kelebihan, resitasi juga
memiliki kekurangan, diantaranya :
1) Sering kali tugas dirumah itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa
tidak tahu menahu pekerjaan tersebut.
2) Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual siswa dalam
kemampuan dan minat belajar.
3) Sering kali siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin hasil
pekerjaan temannya.
4) Apabila tugas itu selalu banyak atau terlalu berat, akan menganggu
keseimbangan mental siswa.[16]
5. Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode di dalam
pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid – murid
menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.[17]
Dalam proses belajar – mengajar, bertanya
memengang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan
teknik pengajuan yang tepat akan :
a) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar – mengajar.
b) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang
dibicarakan.
c) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu
sendiri adalah bertanya.
d) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.[18]
Metode Tanya – Jawab dilakukan :
·
Sebagai ulangan pelajaran yang telah
diberikan.
·
Sebagai selingan dalam pembicaraan.
·
Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya
tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
·
Untuk mengarahkan proses berpikir.
Metode Tanya – Jawab memiliki kelebihan,
antara lain :
1) Kelas akan hidup karena anak didik aktif berpikir dan menyampaikan pikiran
melalui berbicara.
2) Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengembangkan pendapatnya
dengan lisan secara teratur.
3) Timbulnya perbedaan pendapat di antara anak didik, atau guru dengan anak
didik, akan membawa kelas ke dalam suasana diskusi.
Selain memiliki kelebihan, metode tanya –
jawab juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah :
1) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk
menyelesaikannya.
2) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama
apabila terdapat jawaban – jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, tetapi
bukan sasarannya yang dituju.
3) Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang menguasai teknik
pemakaian metode ini.[19]
C. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu.[20]
D.
Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa
siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat dan memahami.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal
dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan
demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga
guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan
prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. [21]
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas
yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan
bukan dari “apa kata guru”.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki
potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan
proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa
dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari – hari
melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan keterampilan sosial (Dirjen Dikmenum,
2002:6). [22]
2. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997),
dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar
berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh
antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru.
Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep
yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila
ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart
dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam
struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion.
Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah
selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai
penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh
membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi,
iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan
Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan
konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerena belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian
Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan
pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang
diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini
(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut
membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk
mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.[23]
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada
bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran
bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah
mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005).
4. Pendekatan Induktif
Ciri
utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data
untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang
terjadi dilingkungan.
Major
(2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen
logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk
menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.[24]
5. Pendekatan Konsep
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan
melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran
tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
6. Pendekatan Proses
Pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan
dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.[25]
Dalam
pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap
proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami.
Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta
didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral
dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang
disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan
demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap
proses pendidikan yang dialaminya[26]
7. Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
National
Science Teachers Association (NSTA)
(1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in
thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses
pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam
pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan
sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN
STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan
tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),
bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks
to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture,
values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengan demikian
adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan
teknologi masuk dan merubah proses – proses
sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi.
Hasil
penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam
Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih
lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah – langkah ilmiah.[27]
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Ada beberapa macam metode, diantaranya :
·
Metode Ceramah
·
Metode Demonstrasi
·
Metode Diskusi
·
Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
·
Metode Tanya – Jawab
Metode – metode diatas memiliki kelebihan dan kelemahan
masing – masing.
Disamping itu juga ada pendekatan dalam pembelajaran.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. “Strategi Pembelajaran”. (Jakarta
: Kencana, Cetakan ke-10. 2013)
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi Belajar
Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005)
Hasibun, J.J. dkk. “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung :
Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986)
[1]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 147
[2]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 52
[3]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 147
[4]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm.
53-54
[5]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 148
[6]
Ibid., hlm. 148-149
[7]
Ibid., hlm. 152
[8]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 62
[9]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 152-153
[10]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm. 57
[11]
Hasibun, J.J. dkk. “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung :
Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986) hlm. 20
[12]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 154
[13]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm.
58-59
[14]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 156
[15]
Ibid., hlm. 157-158
[16]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm.
61-62
[17]
Ibid., hlm. 56
[18]
Hasibun, J.J. dkk. “Proses Belajar Mengajar”. (Bandung :
Remadja Karya, Cetakan ke-2. 1986) hlm. 14
[19]
Ahmadi, Abu, dkk. “Strategi
Belajar Mengajar”. (Bandung : CV Pustaka Setia, Cetakan ke-2. 2005) hlm.
56-57
[20]
Sanjaya, Wina. “Strategi
Pembelajaran”. (Jakarta : Kencana, Cetakan ke-10. 2013) hlm. 127
0 komentar:
Posting Komentar