Selasa, 22 Oktober 2013

Pengertian Filsafat serta Objek & Ruang Lingkup Filsafat



MAKALAH FILSAFAT
PENGERTIAN FILSAFAT Serta OBJEK & RUANG LINGKUP FILSAFAT

Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Disusun Oleh  :
1.     Zazilatul Chikmiyah                    (201205010072)
2.     Serifah Dini Fitria                        (201205010089)
3.     Devi Umratin Nadhira                 (                         )
4.     Anwar Yusuf                                (201205010100)
5.     Elisa Ainiyah                                (Belum Punya NIM)

Dosen Pembimbing : Drs. H. Abd. Aziz, M. HI

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2013

KATA PENGANTAR

P
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya MAKALAH FILSAFAT tentang Pengertian Filsafat serta Objek & Ruang Lingkup Filsafat. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat itu, selain itu kita juga mengetahui bagaimana ruang lingkup dan objek dari filsafat.

Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata pelajaran FILSAFAT di FAI UNSURI SURABAYA. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Sidoarjo, Oktober 2013


Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                             ii
Daftar Isi                                                                                                        iii

BAB 1 - PENDAHULUAN                                                                            4
A.         Latar Belakang                                                                       4
B.         Rumusan Masalah                                                                  4
C.         Tujuan                                                                                     4

BAB 2 – PEMBAHASAN                                                                              5
A.    Pengertian Filsafat                                                                 5
B.    Objek dan Ruang Lingkup Filsafat                                        12

BAB 3 – PENUTUP                                                                                       14       
A.         Kesimpulan                                                                            14
                       
Daftar Pustaka                                                                                                            16



1
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita mungkin sering mendengar kata filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut? Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum mengetahui ruang lingkup dari filsafat. Sesungguhnya ruang lingkup filsafat saling berhubungan dengan pengertian filsafat itu sendiri.
Maka dari itulah kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan sedikit tentang Pengertian Filsafat serta Ruang Lingkup Filsafat. Selain itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Umum.

B.             Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
2.     Bagaimana Objek dan Ruang Lingkup Filsafat?

C.             Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian Filsafat, serta
2.     Untuk mengetahui Objek dan Ruang Lingkup dari Filsafat




2
PEMBAHASAN

A.             Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Arti kata tersebut di atas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok atau di India), seseorang disebut filosof  bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata “mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur. [1]
Dengan menyebut filsafat sebagai “cinta akan kebijaksanaan”, maka timbullah pertanyaan : apakah kebijaksanaan yang dikejar itu? Yang jelas kebijaksanaan itu ada sangkut pautnya dengan mengerti (know) dengan pengetahuan (knowledge). Akan tetapi tidak setiap “mengerti” itu kebijaksanaan atau bahkan filsafat. Yang pasti bahwa kebijaksanaan dan filsafat itu suatu bentuk tertentu, boleh dikatakan merupakan pengetahuan dalam bentuknya yang tertinggi.
Refleksi manusia terhadap realitas mungkin berawal dari ketakjuban atau keheranan, ketidakpuasan, keraguan atau kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan (ketidakberdayaan). Hal – hal itu kemudian diteruskan menjadi sebuah pertanyaan, dan pertanyaan dicoba jawab secara sistematis, logis dan mendasar. Dari sinilah asal mula filsafat itu lahir.
Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi: Pertama, filsafat dilihat dari segi hasil pengetahuan. Kedua, filsafat dilihat dari segi aktivitas budi manusia. Dilihat dari segi pengetahuan, filsafat adalah jenis pengetahuan yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada. Dilihat dari segi aktivitas budi manusia filsafat adalah metode atau cara yang radikal hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada. [2]
Jadi, kalau berbicara tentang filsafat mungkin berbicara tentang jenis pengetahuan yang disebut filsafat, atau mungkin aktivitas budi manusia dalam mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.
Ada beberapa definisi yang telah diberikan oleh pemikir atau filosof :
·       Plato (427 SM – 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.”
·       Aristoteles (382 SM – 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.”
·       Al Farabi (870 M – 950 M) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya.”
·       Descartes (1590 M – 1650 M) “Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.”
·       Immanuel Kant (1724 M – 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di dalamnya beberapa persoalan:
1)     Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika)
2)     Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika)
3)     Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama)
4)     Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya : Antropologi)[3]
·       Harun Nasution : “Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan bebas (tidak terikat tradisi, agama atau dogma) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar (akar) persoalan.”
·       Al-Kindi : dikalangan kaum muslimin, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangnya adalah Al-Kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :
(1)  Thabiiyyat (ilmu fisika) sebagai sesuatu yang berbenda
(2)  Al-ilm-al-rriyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung, teknik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri
(3)  Ilm al-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)
·       Ibnu Sina : Pembagian filsafat bagi Ibnu Sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dari filsafat praktis. Filsafat Ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah :
1)     Ilmu tentang turunnya wahyu dan makhluk – makhluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2)     Ilmu akherat (Ma’ad atau kebangkitan) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya akan tetapi rohnya, maka roh yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.[4]
·       I.R. Poedjaeijatna : “Filsafat ialah ilmu yang mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.”
·       W.M. Bakker SY. : “Filsafat adalah refleksi rasionil (fikr, nazar, ma’rifat, ra’y) atas keseluruhan kwadaan untuk mencapai hakekat dan memperoleh hikmah.
·       Hasbullah Bakry : “Ilmu Filsafat ialah ilmu yang menyelidiki, segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. [5]
Dari definisi – definisi itu maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
a.      Definisi itu pada umumnya mengandung pengertian yang subyektif, yaitu apa yang kita artikan sendiri lepas dari pengertian orang lain, jadi masing – masing orang bisa mempunyai pengertian sendiri tentang filsafat.
b.     Pengertian yang operasional, yaitu pengertian – pengertian tentang perbuatan – perbuatan yang dijalankan dengan berfilsafat. Sebab kalau kita berfilsafat mungkin ada masalah – masalah yang menarik seseorang tetapi tidak menarik (intres) pada orang lain. Masalah ini menyebabkan keragu – raguan, dan keraguan ini harus dijawab dengan studi yang khusus, studi ini disebut filsafat.
c.      Pengertian objektif yaitu pengertian yang berlaku dan diterima oleh umum dimana saja dan oleh siapa saja.[6]
Meskipun para ahli pikir itu berbeda pendapat tentang definisi filsafat, namun bila diperhatikan terdapat titik – titik persamaannya, yaitu :
a.      Bahwa filsafat adalah suatu bentuk “mengerti”
b.     Semua mengakui bahwa filsafat termasuk “ilmu pengetahuan”
c.      Ilmu pengetahuan yang manakah? Ilmu pengetahuan yang mengatasi lain – lain ilmu. Mengatasi dalam arti : lebih mendalam, universal, lebih sesuai dengan kodrat manusia. [7]
Filsafat Sebagai Ilmu
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, ke manakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat – sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu : pertama, pengetahuan yang timbul dari hal – hal yang selalu berulang – ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif.
Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal – hal yang sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
Dengan demikian, kalau ilmu – ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedang ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat.
Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat – sifat yang secara kebetulan (sifat – sifat yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat diperolehnya. [8]
Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.      Harus Sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing – masing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filosof banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.

b.     Harus Konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gambar) atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga maksud dari ‘konsepsional’ tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas). Karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.
c.      Harus Koheren
Koheren atau runtut adalah unsur – unsurnya tidak boleh mengandung uraian – uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di dalamanya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.
d.     Harus Rasional
Maksud rasional adalah unsur – unsurnya berhubungan secara logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah – kaidah berpikir (logika).
e.      Harus Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal – hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
f.      Harus mengarah kepada pandangan dunia
Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia). [9]


Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam – macam filsafat sebagai berikut :
a.      Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.     Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan (estetika).
c.      Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat antropologi.
d.     Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.      Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.      Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.     Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h.     Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.       Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi)
j.       Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara.
k.     Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan filsafat agama.
Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari – hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.[10]

B.             Objek dan Ruang Lingkup Filsafat
Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek kajian yang meliputi objek materi dan objek forma.[11] Dalam kaitan ini, Louis O. Kattsoff menulis bahwa : “Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu  apa saja yang ingin diketahui manusia.”
Sedangkan, A.C. Ewing mengatakan : “Pertanyaan – pertanyaan pokok filsafat ialah Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (budi), the Relation of Matter and Mind (hubungan materi dan budi), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab), Freedom (kemerdekaan), Monism versus Pluralism (monisme lawan pluralisme) dan God (Tuhan).
Sementara M.J. Langeveld menyatakan : “....bahwa hakikat filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan segala sesuatu (sarwa) yang ada secara radikal dan menuru sistem.”[12]
Objek Materi dan Objek Forma Filsafat:
1.     Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “Ada” di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran, dan kemungkinan.  [13]
Pengertian lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat,  segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat, terdapat tiga persoalan pokok:
(a)   Hakikat Tuhan                                          (c) Hakikat Manusia[14]
(b)  Hakikat Alam                              
2.     Objek Forma Filsafat, yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Atau Objek Forma Filsafat adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satu pun yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat. [15]
Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek Forma Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalamnya sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat. [16]
Menurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Objek materi filsafat tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainnya adalah objek formanya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berhenti pada dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam – dalamnya, inilah objek forma filsafat.[17]











3
PENUTUP
Kesimpulan
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Ada beberapa definisi yang telah diberikan oleh pemikir atau filosof :
·       Plato (427 SM – 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.”
·       Aristoteles (382 SM – 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.”
·       Al Farabi (870 M – 950 M) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya.”
·       Descartes (1590 M – 1650 M) “Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.”
·       Immanuel Kant (1724 M – 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di dalamnya beberapa persoalan:
v Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika)
v Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika)
v Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama)
v Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya : Antropologi)
·       Harun Nasution : “Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan bebas (tidak terikat tradisi, agama atau dogma) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar (akar) persoalan.”

Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek kajian yang meliputi objek materi dan objek forma.
1.     Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan).
2.     Objek Forma Filsafat, yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang.


















DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. Jakarta: Rajawali Press. 2010

Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press. 2012
Suhar. “Filsafat Umum”. Jakarta : GP Press. 2010


[1] Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hal. 1-2
[2] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 4-5
[3] Suhar. “Filsafat Umum”. (Jakarta : GP Press, 2010), Hal. 9-10
[4] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 6-8
[5] Suhar. “Filsafat Umum”. (Jakarta : GP Press, 2010), Hal. 10-11
[6] Ibid., hal. 11
[7] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 10
[8] Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hal. 4-5
[9] Ibid., hal. 5-7
[10] Ibid., hal. 7-8
[11] Suhar. “Filsafat Umum”. (Jakarta : GP Press, 2010), Hal. 16
[12] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 10-11
[13] Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hal. 9
[14] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 11
[15] Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hal. 9
[16] Tim Penyusun MKD. “Pengantar Filsafat”. (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), Hal. 11
[17] Achmadi, Asmoro. “Filsafat Umum”. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hal. 9

5 komentar:

Unknown mengatakan...

شكرا كثيرا على مباحثتكم عن هذا الدرس

Unknown mengatakan...

PROFICIAT

megarahayu mengatakan...

blog nya bagus

Unknown mengatakan...

yerima kasih bagus nih jadi contoh mata kuliah ku nanti salam kenal

Unknown mengatakan...

aku mau tanya bagaimana cara filsafat mendapat suatu kebenaran tentang suatu masalah? tolong dijawab

Posting Komentar