Senin, 03 Desember 2012

PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK PADA ERA GLOBALISASI



MAKALAH METODE STUDI ISLAM
PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK PADA ERA GLOBALISASI

Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Disusun Oleh  :


1.               SERIFAH DINI FITRIA      (201205010088)
2.               SHOFKHAL JAMILAH      (201205010089)



FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SIDOARJO
2012

 
PENDAHULUAN

Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak negatif dan positifnya. Di antara dampak negatif tersebut misalnya terjadi dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi, dan sebagainya, sedangkan dampak positifnya antara lain terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan, baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun psikologi.
Semua orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi tersebut keutuhan manusia ingin tetap terpelihara dengan baik, dan ilmu pengetahuan sosial diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif yang strategis bagi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi tersebut. Namun demikian, ilmu pengetahuan sosial yang ada sekarang ini dinilai sudah mulai kewalahan atau hampir gagal dalam ikut serta memberikan kerangka pemecahan masalah sosial yang timbul dalam era globalisasi tersebut. Hal demikian antara lain disebabkan karena dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam ilmu pengetahuan sosial tersebut berasal dari filsafat Barat yang bertumpu pada logika rasional dan cara berpikir empirik.
Sebagai salah satu upaya mengatasi kebuntuan dari ilmu pengetahuan sosial yang demikian itu, agama diharapkan dapat memberikan arahan dan perspektif baru, sehingga kehadiran agama tersebut terasa manfaatnya oleh para penganut agama. Namun hal demikian membawa kita kepada suatu pertanyaan tentang bagaimanakah seharusnya agama itu di tampilkan, bagaimana sikap yang harus ditampilkan kalangan agamawan.







DAFTAR ISI

PENDAHULUAN                                                                                           ii
Daftar Isi                                                                                                         iii

BAB I              Latar Belakang                                                                       1
BAB II             Pembahasan                                                                            2
BAB III           Pemecahan Masalah                                                               7
BAB IV           Penutup                                                                                   8


Daftar Pustaka                                                                                                            9



BAB I
LATAR BELAKANG


Kondisi dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi yang di dominasi oleh peradaban dari kalangan  sains Barat dan Timur. Sehingga dapat mempengaruhi peradaban manusia dengan dampak negatif dan positifnya. bukan hanya itu saja peradaban dari sains Barat juga mempengaruhi budaya, teknologi, maupun tingkah laku manusia. Di antara dampak negatif tersebut misalnya terjadi dislokasi, dehumanisasi, sekuralisasi dan sebagainya, sedangkan dampak positifnya antara lain terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan, baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun psikologi.
Oleh karena itu, peran Ilmu Sosial Profetik pada era globalisasi ini sangat penting. Dengan Ilmu Sosial Profetik yang kita bangun dari ajaran islam sebagaimana tersebut diatas, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap Sains Baarat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan Peradaban Islam. Islam adalah paradigma yang terbuka.









BAB II
PEMBAHASAN


Hubungan berarti komunikasi, sangkut paut, sejalan, searah. Agama secara sempit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab berarti menundukkan, patuh menguasai, hutang. Ilmu pengetahuan secara bahasa yaitu seperangkat ilmu yang tersusun secara sistematis, dapat dimanfaatkan semua orang pada tempat yang sama maupun berbeda dengan hasil yang sama. Khurashid Ahmad berpendapat bahwa pengetahuan adalah seperangkat pengalaman yang mengatur, memimpin mengarahkan kearah kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Kholq.
Ilmu sosial adalah ilmu yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Termasuk ilmu sosial adalah seluruh kegiatan masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas untuk kegiatan keperluan sesama manusia. Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan muammalah dalam arti luas. Keterkaitan agama dengan kemanusiaan menjadi penting, jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan pada zaman ini.
Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial, semua orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi, keutuhan manusia ingin tetap terpelihara dengan baik dan ilmu pengetahuan sosial diharapkan menjadi salah satu alternatif yang setrategis bagi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.
Ilmu sosial mengalami kemandekan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, dibutuhkan ilmu sosial yang tidak berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkan secara memuaskan. Menurut Kuntowijoyo kita butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi juga memberi petujuk kearah mana tranformasi itu dilakukan. Ilmu Sosial Profetik kemudian merumuskan tiga nilai penting sebagai pijakan yang sekaligus menjadi unsur-unsur yang akan membentuk karakter paradigmatiknya, yaitu :

1.               Humanisasi
Dalam Ilmu Sosial Profetik, humanisasi artinya memanusiakan manusia, menghilangkan “kebendaan”, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia. Humanisasi sesuai dengan semangat liberalisme Barat. Hanya saja perlu segera ditambahkan, jika peradaban Barat lahir dan bertumpu pada humanisme antroposentris, konsep humanisme Kuntowijoyo berakar pada humanisme teosentris. Karenanya, humanisasi tidak dapat dipahami secara utuh tanpa memahami konsep transendensi yang menjadi dasarnya.

2.               Liberasi
Liberasi dalam Ilmu Sosial Profetik sesuai dengan prinsip sosialisme (marxisme, komunisme, teori ketergantungan, teologi pembebasan). Hanya saja Ilmu Sosial Profetik tidak hendak menjadikan liberasinya sebagai ideologi sebagaimana komunisme. Liberasi Ilmu Sosial Profetik adalah dalam konteks ilmu, ilmu yang didasari nilai-nilai luhur transendental. Jika nilai-nilai liberatif dalam teologi pembebasan dipahami dalam konteks ajaran teologis, maka nilai-nilai liberatif dalam Ilmu Sosial Profetik dipahami dan didudukkan dalam konteks ilmu sosial yang memiliki tanggung jawab profetik untuk membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, pemerasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni kesadaran palsu. Lebih jauh, jika marxisme dengan semangat liberatifnya jutru menolak agama yang dipandangnya konservatif, Ilmu Sosial Profetik justru mencari sandaran semangat liberatifnya pada nilai-nilai profetik transendental dari agama yang telah ditransformasikan menjadi ilmu yang obyektif - faktual.
Liberasi sangat peka dengan persoalan penindasan atau dominasi struktural. Fenomena kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah bagian penting dari proyek liberasi. Liberasi menempatkan diri bukan pada lapangan moralitas kemanusiaan abstrak, tapi pada realitas kemanusiaan empiris, bersifat kongkrit. Kuntowijoyo bahkan menganggap sikap menghindar dari yang kongkrit menuju abstrak adalah salah satu ciri berpikir berdasarkan mitos.
Kuntowijoyo menggariskan empat sasaran liberasi, yaitu sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang membelenggu manusia sehingga tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia.

3.               Transendensi
Transendensi merupakan dasar dari dua unsurnya yang lain. Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama (nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat sentral dalam Ilmu Sosial Profetik.
Transendensi adalah dasar dari humanisasi dan liberasi. Transendensi memberi arah kemana dan untuk tujuan apa humanisasi dan liberasi itu dilakukan. Transendensi dalam Ilmu Sosial Profetik di samping berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi dan liberasi, juga berfungsi sebagai kritik. Dengan kritik transendensi, kemajuan teknik dapat diarahkan untuk mengabdi pada perkembangan manusia dan kemanusiaan, bukan pada kehancurannya. Melalui kritik transendensi, masyarakat akan dibebaskan dari kesadaran materialistik-di mana posisi ekonomi seseorang menentukan kesadarannya-menuju kesadaran transendental. Transendensi akan menjadi tolok ukur kemajuan dan kemunduran manusia.


Dengan Ilmu sosial profetik kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) Islam bukanlah agama tertutup. Islam adalah sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mewarisi peradaban Yunani dan Romawi di Barat, dan peradaban Persia, India, dan China di Timur. Ketika abad VIII-XV peradaban Barat dan Timur  tenggelam dan mengalami kemerosotan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil-alih oleh Barat melalui renaissans. Islam jadi mata rantai yang penting dalam sejarah peradaban dunia.
Islam mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari China, system pertahanan Sasanid, logika Yunani dan sebagainya. Naamun dalam proses penerimaannya itu terdapat dialektika internal. Misalnya, untuk bidang-bidang pengkajian tertentu Islam menolak bagian logika Yunani yang sangat rasional diganti dengan cara berfikir intuitif yang menekankan rasa seperti yang di kenal dalam tasawuf.
Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting social actual. Respon normatifnya merefleksikan kondisi social actual itu, meskipun jelas, bahwa Al-Qur’an memiliki cita-cita social tertentu.
Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan social yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka pada masa kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah memberikan perhatian terhadap masalah ini. Kesenjangan dalam bidang ekonomi menunjukkan bahwa ilmu social yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, antara lain dengan menerapkan ilmu social profetik. Islam misalnya mengakui adanya perbedaan kelas sebagai fitrah, dimana Tuhan melebihkan yang satu atas yang lain. Namun, bersamaan dengan itu Islam menyuruh umatnya agar menegakkan keadilan dan egaliter. Perbedaan kelas yang ada tidak boleh diartikan bahwa Islam mentolelir terjadinya ketidakadilan social. Islam berupaya mengikis kesenjangan tersebut dengan melalui berbagai upaya seperti melalui institusi zakat, infaq, sadaqah dan sebagainya.
Dalam hubungan ini Islam mengakui adanya upaya suatu gerakan kelompok yang membela kelas tertindas, tetapi gerakan itu tidak bersifat class for itself, seperti gerakan komunis dan sebagainya, bukan untuk menghancurkan kelas yang  lain. Dalam perspektif Islam, struktur yang adil tidak akan tercipta hanya dengan menghancurkan kelas yang menguasai alat – alat produksi. Dari sini terlihat dengan jelas tentang kepedulian Islam terhadap upaya mengikis kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
Bukti sejarah tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa dari sejak kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah tampil sebagai agama terbuka, akomodatif serta berdampingan dengan agama, kebudayaan, dan peradaban lainnya. Tetapi dalam waktu bersamaan Islam juga tampil memberikan kritik, perbaikan, bahkan penolakan dengan cara – cara yang amat simpatik dan tidak menimbulkan gejolak social yang membawa korban yang tidak di harapkan. Dengan sifat dan karakteristik ajaran Islam demikian itu, maka melalui ilmu social yang berwawasan profetik sebagaimana disebutkan, maka Islam siap untuk memasuki era globalisasi. Era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi, social, informasi dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan sebaik – baiknya, dan dapat dibuang hal – hal yang membahayakan.
Islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah – masalah sosial. Karena itu, kehadiran ilmu social yang banyak membicarakan tentang manusia dapat di akui oleh Islam. Namun Islam memiliki pandangan yang khas tentang ilmu social yang harus dikembangkan, yaitu ilmu social profetik yang dibangun dari ajaran Islam dan diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan trendensi. Ilmu pengetahuan social demikian yang di butuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi di abad XXI mendatang.



















BAB III
PEMECAHAN MASALAH



















BAB IV
PENUTUP


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan Ilmu sosial profetik kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) Islam bukanlah agama tertutup. Islam adalah sebuah paradigma terbuka.
Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting social actual. Respon normatifnya merefleksikan kondisi social actual itu, meskipun jelas, bahwa Al-Qur’an memiliki cita-cita social tertentu.
Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan social yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka pada masa kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah memberikan perhatian terhadap masalah ini. Kesenjangan dalam bidang ekonomi menunjukkan bahwa ilmu social yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, antara lain dengan menerapkan ilmu social profetik. Islam misalnya mengakui adanya perbedaan kelas sebagai fitrah, dimana Tuhan melebihkan yang satu atas yang lain. Namun, bersamaan dengan itu Islam menyuruh umatnya agar menegakkan keadilan dan egaliter. Perbedaan kelas yang ada tidak boleh diartikan bahwa Islam mentolelir terjadinya ketidakadilan social. Islam berupaya mengikis kesenjangan tersebut dengan melalui berbagai upaya seperti melalui institusi zakat, infaq, sadaqah dan sebagainya.
Islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah – masalah sosial. Karena itu, kehadiran ilmu social yang banyak membicarakan tentang manusia dapat di akui oleh Islam. Namun Islam memiliki pandangan yang khas tentang ilmu social yang harus dikembangkan, yaitu ilmu social profetik yang dibangun dari ajaran Islam dan diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan trendensi. Ilmu pengetahuan social demikian yang di butuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi di abad XXI mendatang.

DAFTAR PUSTAKA


Nata, Abuddin. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Rajawali Pers.



0 komentar:

Posting Komentar