MAKALAH ILMU KALAM
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN
TASAWUF
Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Disusun Oleh :
1.
Fahrun
Nisak (201205010073)
2.
Akhmad
Mirza’ul Fikri (201205010077)
3.
Serifah
Dini Fitria (201205010088)
4.
Siti
Nur Cholifatur Rohmah (201205010093)
5.
Muhammad
Suliono (201205010095)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
KATA PENGANTAR
P
|
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas selesainya MAKALAH ILMU KALAM tentang Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat
dan Tasawuf. Dengan adanya MAKALAH ini kita dapat mengetahui bagaimana hubungan
antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
Penulisan makalah ini adalah salah
satu tugas mata pelajaran ILMU KALAM di FAI UNSURI SIDOARJO. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Serta kami mengucapkan
banyak terima kasih untuk pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah
memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Sidoarjo, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB 1 - PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 1
C.
Tujuan 1
BAB 2 – PEMBAHASAN 2
A.
Pengertian Ilmu Kalam 2
B. Pengertian
Filsafat 2
C. Pengertian
Tasawuf 3
D. Titik
Persamaan 3
E. Titik
Perbedaan 4
F.
Titik Singgung antara Ilmu Kalam &
Tasawuf 5
BAB 3 – PENUTUP 7
A.
Kesimpulan 7
B.
Kesan 7
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
adalah ilmu yang dilahirkan dari persentuhan umat Islam dengan berbagai masalah
sosiocultural yang dihadapi oleh masyarakat yang sedang berkembang kala itu
mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari itu pula lahirlah para pakar dunia
yang telah berhasil mempertahankan kebenaran mereka masing – masing,
walaupundengan cara atau jalan yang berbeda. Maka dari itu pada makalah ini akan
membahas hakekat Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat beserta hubungan ketiganya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Hakekat Ilmu Kalam itu?
2. Apa
Hakekat Ilmu Tasawuf itu?
3. Apa
Hakekat Ilmu Filsafat itu?
4.
Bagaimana hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf
dan Filsafat?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
dan memahami hakekat ilmu kalam
2. Mengetahui
dan memahami hakekat tasawuf
3. Mengetahui
dan memahami hakekat Filsafat
4.
Mengetahui dan memahami hubungan Ilmu
Kalam, Tasawuf dan Filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu
Kalam ialah Ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan –
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan – kepercayaan aliran
golongan salaf dan ahli sunnah.[1]
Selain
itu ada pula yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan
baagaimana menetapkan kepercayaan – kepercayaan keaagamaan dengan bukti yang
meyakinkan.[2] Di dalam ilmu ini dibahas tentang car ma’rifat
(mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya
dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai kebahagiaan tentang
hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama yang paling utama. Bahkan
paling mulia, karena berkaitan dengan Zat Allah, Zat para Rasul-Nya. [3]
B.
Pengertian Ilmu Filsafat
Kata
filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa
filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman – pengalaman manusia.[4]
[1] A. Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta :
Bulan Bintang, 1979), cet. III, hlm. 10
[2] Husain Bin Muhammad
Al-Jassar, l-Hushun al-hamidiyah li
al-Muhafadzah ‘Ala al- ‘Aqaid al-Islamiyah, (Bandung : Syirkah al-Ma’arif),
hlm. 7
[3] Ibid., hlm. 7
[4] Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibani, Falsafat Pendidikan Islam,
(terj.) Hasan Langgulung dari judul asli Falsafat
al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet. I, hlm. 25
C.
Pengertian Ilmu Tasawuf
Tasawuf
dapat diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan
rohani. Selain itu dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi
kehidupan shufi (yang di sucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih,
bersih jiwa dan hatinya, ikhlas karena Allah SWT semata-mata. [5]
Timbulnya
ilmu tasawuf adalah disebabkan karena orang senantiasa kekal mengerjakan amal
ibadah, mendekatkan hati kepada Allah, dan berpaling dari kemegahan, tidak
menaruh perhatian terhadap dunia.
D.
Titik Persamaan
Ilmu
Kalam, Filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia dan
segala sesuatu yang ada. Sementara itu, objek kajian tasawuf adalah Tuhan,
yakni upaya – upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya,
ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. [6]
Baik ilmu
kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan
dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak
dapat di jangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas
jangkauannya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, Tasawuf -juga dengan
metodenya yang tipikal- berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan spiritual menuju Tuhan.
[5] Aqis Bil Qisthi, “Hakekat Tasawuf, Thoriqot dan Ma’rifat”, (Surabaya : HIMMAH JAYA,
2004), hlm.9
[6] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, “Ilmu Kalam”, (Bandung : Pustaka Setia,
2007), hlm, 39
E.
Titik
Perbedaan
Perbedaan diantara ketiga ilmu
tersebut terletak pada aspek metodologinya Ilmu Kalam, sebagai ilmu yang
menggunakan logika berfungsi juga untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama,
yang sangat tampak nilai – nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan
metode dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan.
Sebagai sebuah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan – keyakinan
kebenaran agama yang dipertahankan melalui argument – argument rasional.
Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan – keyakinan
kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan
yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. [7]
Sementara itu, filsafat itu sebuah
ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang
digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan
cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (mengalami) serta universal (menyeluruh) tidak merasa terikat
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. [8]
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada
ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep – konsep.
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu
yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf
sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu
tasawuf bersifat sangat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari
aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam
(teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat
berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang menjadi sains
kealaman, sosial, dan humaniora sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat
klasik, pertengahan, dan filsafat modern. Tasawuf selanjutnya berkembang
menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis. [9]
[7] Philip Bob Cock Gove (ed). Webster’s third New International Dictionary of The
English Language Uni Bridged. G & C Mervian Company Publisher, USA.
1966, hlm. 2371
[8] Anshari, op.
cit., hlm. 173
[9] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, “Ilmu Kalam”, (Bandung : Pustaka Setia,
2007), hlm, 42
F.
Titik
Singgung antara Ilmu Kalam dan Ilmu Tasawuf
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu
keislaman yang mengedepankan pembicaraan tentang persoalan – persoalan kalam
Tuhan. Persoalan – persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang
mendalam dengan dasar – dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun
naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang
cenderung menggunakan metode berfikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah
biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil – dalil Qur’an dan Hadits.
Ilmu kalam sering menempatkan dirinya pada kedua pendekatan ini (aqli dan
naqli), suatu metode argumentasi yang dialektik. Jika pembicaraan ilmu kalam
hanya berkisar pada keyakinan – keyakinan yang harus di pegang oleh umat Islam,
tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri
dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id. [10]
Pada ilmu kalam ditemukan
pembahasan iman dan defiisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan
dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode
praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya menyelamatkan
diri dari kemunafikan. Tidaklah cukup bagi seseorang yang hanya mengetahui
batasan – batasannya. Hal ini karena terkadang seseorang yang sudah tahu batasan
– batasan kemunafikan pun tetap saja melaksanakannya.
Ilmu kalam berfungsi sebagai
pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang
bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau
penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama’ – ulama’ salaf, hal
itu harus di tolak. [11]
Selain itu, Ilmu tasawuf mempunyai
fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan – perdebatan kalam.
Sebagaimana di sebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi
sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan naqliyah. Jika
tidak di imbangi oleh kesadaran rohaniyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah
yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam tidak di kesani sebagai dialektika keislaman
belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliyah
(hati).
Untuk melihat lebih lanjut hubungan
antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam, alangkah baiknya menengok paparan
Al-Ghazali. Dalam bukunya yang berjudul Asma
al-Husna, Al-Ghazali menjelaskan dengan baik persoalan tauhid kepada Allah,
terutama ketika menjelaskan nama – nama Allah, materi pokok ilmu tauhid.
Menurutnya nama Tuhan Ar-Rahman dan Ar-Rahim, pada aplikasi rohaniyahnya
merupakan sebuah sifat yang harus diteladani. Jika sifat Ar-Rahman diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang
durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran, melihat orang dengan rahim, bukan dengan mata yang menghina,
bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya
kepada orang yang durhaka agar dapat diselamatkan. Jika melihat orang lain
menderita atau sakit, orang yang rahim
akan segera menolongnya. [12] Nama lain Allah yang patut di teladani
ialah Al-Qudus (Mahasuci). Seorang
hamba akan suci kalau berhasil membebaskan pengetahuan dan kehendaknya dari khayalan
dan segala persepsi yang dimiliki binatang, [13] Dengan ilmu
tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid lebih bermakna,
tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.
[10] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, “Ilmu Kalam”, (Bandung : Pustaka Setia,
2007), hlm,43
[11] Ibid,
hlm, 46
[12] Al-Ghazali, Al-Maqhad Al-Asna Fi Syarh Al-Asma
Allah Al-Husna, terj. Ilyas Hasan, Mizan, Bandung, 1996, hlm. 73-74
[13] Ibid,
hlm. 80
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Ilmu Kalam ialah Ilmu berisi alasan-alasan yang
mempertahankan kepercayaan – kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil
pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan – kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.
· Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti
cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini,
Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan
cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya
dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa
filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat,
dan berusaha menafsirkan pengalaman – pengalaman manusia.
· Tasawuf dapat diartikan mencari jalan untuk
memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani. Selain itu dapat pula diartikan
berpindah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan shufi (yang di sucikan) yang
selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan hatinya, ikhlas karena Allah
SWT semata-mata.
· Di
dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional
dan teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat
sendiri. Sains berkembang menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora
sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan
filsafat modern. Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi tasawuf praktis dan
tasawuf teoritis.
B.
Kritik
& Saran
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihan. 2007. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia
Qisthi, Aqis Bil. 2004. Hakekat Tasawuf, Thoriqot dan Ma’rifat. Surabaya : Himma Jaya
1 komentar:
bagus (y)
Posting Komentar